Sabtu, 19 Oktober 2013

Chopin ballade no. 2 opus 38

I don't know about you, darling,
but I'm over the fucking moon
Because your warm soul
has felt the coldness in me.

I could trace those lines 

on your back 
with hopes that I carry,
and will never ask you to do the same.

I'm a fool for that sleepy eyes

that has accompanied me
tonight.

Oh, sweet cigarette mouth,

how quiet you are...

Rest your feet,

I'll wait until we could walk again.
Side by side,
with me smiling quietly.

Play your melodies,

let me hear those ballads.
You won't notice,
but I'll be dancing 
with raindrops 
in my room.








Kamis, 24 Januari 2013

I Promise


I've decided today
that the most beautifully hurtful and meaningful words,
crushing my soul and my rotten body,
would be “I promise.”

Not “I love you”
or “I care about you.”
Those words has took me to the end of my slipping pride.

“I promise.”
Potrayed the idea of a tough man
Who’ve lost his blood for his brothers.
Lost his eyes for the empty chairs and tables
of his kind.

“I promise.”
Would be the words that I want to hear, every time a man sang me the most comforting lullaby.
I will be in front of your face,
rubbing my lips against yours,
when you are brave enough to stay those words
that stands inside my body.

From this day on,
I will never forget  the revolution that I felt on my heart,
and the honorable words that have been said from my mother’s mouth.
From this day on,
I move past by the shades of phantom shadows
of your body's glass.
And see the reflection of myself,
Saying: “I promise.",
to be a new human being
that all of you will accept with open arms,
as the earth's running itself from day to night.

Sleeping.
Resting.
Awaking.

Tangguh


Saya tercium sebagai baja. Bau mati dan bau usang menjadi satu. Hanya api yang bisa mengubah bau saya.
Asap tidak mempan terhadap saja. Asap kepedihan sudah saya hirup sejak lama. Tidak ada gunanya lagi untuk mencoba menghembuskannya pada saya.

Pada malam ini aku hidup. Setengah hidup. Tetapi di mata kalian semua saya akan utuh, karena sudah cukup kalian semua dicabik-cabik oleh hidup. Saya diutus Tuhan untuk kalian lihat utuh layaknya seperti pohon kokoh yang kemah di atas kepala-kepala para manusia.

Saya akan membawa kebahagiaan yang kalian tidak akan kira, Saya akan membawa-nya dengan beban di pundak saya.Saya tidak akan peduli atas seberapa sedikit bagian dari senyum kalian merasuki penyakit di relung saya. Karena dengan desakan yang indah dalam saya akan bertahan.

Bertahan untuk kalian,
untuk hidup,
dan untuk tangan suci Sang Pencipta.



Rabu, 23 Januari 2013

Everybody Would've Hate Me

This house is what keeps her outside her body.
She is constantly resisting. Refusing.
Screaming out hate to this place.

"You caged me in this house that's not a home. I hate you. I fucking hate you and this place with every living organ in my body!", she spoke to herself. 
Bleeding inside her own mouth, 
cursing herself deeply and constantly.
Her body was decaying.

Little did we know,
she wanted to be left lifeless.

I understand her.
Because that person was me, 
and still is.

Mother, 
My spirit is no where near you.
I've been washed away. I apologize for my lifeless appearance.

Father,
I have a passion for living my life.
And unfortunately, not yours.

I am a helpless kid.
I am naive,
selfish,
spoiled,
and rotten.
All the bad and terrible things were eaten up by me,
but appeared to be good to their eyes.

I am a fool to fool everybody.

I am a murderer for killing myself,
and my mother.
Twice, she said.

I saw through her eyes,
tried to scare her once more,
and took things from her.

Oh, ain't that pretty?
I am also a thief.



I am no good.
I'm sorry.
  I choose to be this way.





Goodness makes me bad.
               
 



Alunan Sore Sampai Malam

Kakak-ku yang mempunyai semangat berani seperti warna merah sedang bercerita tentang se-sosok wanita lain di depanku.
Seorang tokoh. 
Inspirasi.
Alter ego.

Aku dengarkan setiap irisan kata 
yang keluar dari mulutnya. 
Kekaguman, harapan, dan cinta 
terpancar dari kedua bola matanya. 
Seperti biasa, dia berhasil membuatku terpukau akan sesuatu yang mungkin saya akan anggap biasa di lain waktu jika disampaikan oleh manusia lain.

Kakak-ku.
Pendengar penuh kasih sayang dan peduli.
Pendobrak dari semua aliran yang telah disediakan di dalam keluarga-nya.
Telah menghabiskan sore ini bersama-ku dengan alunan musik dan atmosphere mimpi.

Kerajaan mimpi telah membuat kita berkata dan berjanji,
untuk ber-karya dan mengalirkan darah seni di dalam hidup.
Dimulai sekarang,
dan tidak akan pernah berhenti.










"Kita engga boleh pisah, ya." 
"Iya, kak."


Untuk Kak Rachel :)




Senin, 14 Januari 2013

Mimpi

Memang benar katanya mimpi dengan kenyataan itu beda tipis. Rasanya kurang lebih sama, saya tidak bisa bohong. Hal ini baru saja saya sadari tadi malam, ketika saya tidur terlelap jatuh ke alam mimpi. Dan tanpa sadar, ternyata kedalam sanalah saya membawa harapan dan perasaan saya.Ya, ini hanya salah satu mimpi lagi yang saya impikan. Bukan hal yang besar atau tidak biasa. Saya juga tahu orang lain juga pasti bermimpi saat tidur. Tetapi keegoisan saya telah menyentuh hati. Membuat saya berpikir, bahwa mimpi tersebut dan orang yang saya impikan adalah kulit imajinasi yang bersatu padat dengan kekentalan darah realita. Karena saya tahu dia nyata. Kali ini saya tahu benar.

Tidak banyak yang perlu dibahas, karena memang sedikit yang diingat.Walaupun keadaannya memang terpotong-potong, saya tau mimpi tersebut sudah susah payah berdiam diri di benak saya. Kalau begitu memang dasarnya ini masalah di benak saya. Di otak. Benak atau otak mudah puas, beda dengan hati saya yang egois. Minta terus. Selalu berharap lebih. Mau sebera pun saya sekarang bersyukur bisa bertemu dia lagi (kali ini di alam mimpi), hati saya cuma bisa teriak "Bolongan di hati saya masih busuk. Kenapa saya harus ketemu dia disaat saya tau, saya tidak akan ingat?". Lagi. Lagi.... Lagi-lagi, yang teriak cuma hati. Hati saya lemah. Kata-kata, perasaan, dan apapun yang menyangkut saya akan dia tidak akan bisa keluar dari mulut saya. Begitu sudah diujung lidah, benak melawan. Benak bersikeras meyakinkan saya bahwa dia hanya bisa disimpan di dalam hati dan hanya hati saya. Alhasil yang jadi hanyalah tulisan ini. Tulisan ini yang saya tulis-- ketik, dengan penuh tangisan bingung. Tulisan ini, yang tanpa saya sadari, ditulis dengan harapan mungkin dia akan membaca tanpa mengetahui bahwa dia yang saya bicarakan. Atau mungkin, tulisan ini yang mungkin tak akan pernah dia tahu, dan tak akan pernah berarti apa-apa untuk dia.

Dan yang paling menyakitkan itu berusaha mengingat-nya, semua kata yang diucapkan saya kepada dia, dan dia kepada saya. Tambah menyakitkan lagi begitu saya mencoba mengingat, 
yang keluar hanya gambaran wajahnya tanpa dialog yang terucap.
  

Semua bisu.



                                                                                                                         Untuk Doni.

Jumat, 11 Januari 2013

Ibu

Yang kau lontarkan cuma ucapan dan kata-kata. Sering kali juga perintah. Kapan kita akan benar-benar berbicara lagi?